BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS »

Wednesday, March 30, 2011

Summayyah


Sumayyah Ummu ‘Ammar (Syahidah pertama dalam Islam)

Pada Keteguhan Imannya
Ada Gambaran Mahalnya Syurga

Iman, apabila telah di hati seorang hamba maka akan menjadi mesin penggerak yang melahirkan sesuatu yang luar biasa. Ia adalah motivasi yang menyinarkan pelbagai keindahan. Memang iman adalah sesuatu yang tertanam di dalam dada dan menambahkan amalan di luar gambaran otak manusia.

Keyakinan akan al-haq (kebenaran) terhadap syari’at Allah dengan mempertahankannya dalam keadaan apa pun juga, sungguh merupakan keistimewaan dan keindahan.


Keimanan jugalah, wahai Ukhti al-muslimah… yang telah menautkan hati seorang budak, hamba sahaya dari negeri Ethiofia dengan hati Shuhaib dari negara besar, Romawi.

Keimanan juga yang mengangkat darjat seorang budak wanita yang tidak dikenali orang di masa hidupnya, hingga namanya harum semerbak bak kesturi sampai akhir zaman. Dengan keimanan yang kukuh ,ia mempertahankan keyakinannya . Ia adalah Sumayyah, Ibunda ‘Ammar bin Yasir, satu keluarga yang dijamin masuk syurga. Mari kita ikuti cerita wanita mukminah yang rela berkorban demi mempertahankan keimanannya ini:

Sebelum bersinarnya cahaya Islam di bumi ini, dan di kota Makkah khususnya, Sumayyah binti Khubbath hanyalah seorang hamba , yang dimiliki oleh Abu Hudzaifah bin Mughiroh al-Makhzumi.

Suatu ketika datanglah seorang pemuda yang bernama Yasir bin Amir al-Kinani bersama dua orang saudaranya, al-Harits dan Malik, dari Yaman untuk mencari saudara mereka yang sudah lama menghilang. Setelah letih mencari dan bertanya tentang saudara mereka yang hilang namun tak mendapatkan hasil dan tak ada harapan untuk dapat bertemu dengan saudara mereka, maka pulanglah kedua saudara Yasir tersebut ke Yaman. Adapun Yasir sendiri tetap tinggal di Makkah karena negeri itu sangat menarik hatinya dan memutuskan untuk hidup di sana.

Sebagai orang asing, Yasir menyedari ia harus mencari seseorang yang dapat menjaminnya dari kerasnya kehidupan di zaman yang berhukum , siapa yang kuat dia yang berkuasa, tak ada tempat untuk orang yang lemah.

Akhirnya Yasir menjadikan Abu Hudzaifah bin al-Mughiroh sebagai saudara angkatnya (haliif). Abu Hudzaifah yang melihat kebaikan sifat dan akhlak Yasir yang menarik hatinya, memutuskan untuk menjodohkan Yasir dengan hambanya, Sumayyah. Maka menikahlah Sumayyah dengan pemuda Yasir. Dan dari pernikahan itu mereka dikurniakan seorang putera yang diberi nama ‘Ammar. Dan bertambah pula kebahagiaan mereka ketika Abu Hudzaifah memerdekakan ‘Ammar.
Setelah Abu Hudzaifah meninggal, keluarga Sumayyah hidup di bawah perlindungan Bani Makhzum sampai ‘Ammar menginjak dewasa dan Sumayyah dan Yasir memasuki usia tua. Kemudian datanglah masa diutusnya Rasulullah untuk menyampaikan kebenaran dari Allah dan mengeluarkan manusia dari gelapnya kesesatan yang menyelubungi kehidupan mereka. Berita tentang datangnya Nabi baru itu tak lepas juga dari perhatian ‘Ammar bin Yasir. Kemudian dengan rasa penasaran ia mendatangi Rasulullah di rumah Arqom bin Arqom dan mendengarkan langsung wahyu yang diturunkan kepada beliau . Hatinya pun tertambat dan merasakan ketenangan yang tiada tara, yang menjadikan Allah membuka hatinya untuk memeluk Islam. Setelah membaca dua kalimat syahadat, ia langsung menemui ibunya, Sumayyah, dan menawarkan agama baru itu kepada ibunya. Gayung pun bersambut, hati wanita tua yang telah lama kosong itu pun disinari cahaya Ilahi. Tanpa keraguan sedikit pun, begitu juga suaminya, Yasir, yang juga bersegera menyambut ajakan puteranya untuk memeluk Islam.

Maka bergabunglah keluarga itu dalam bahtera Islam, yang pada masa itu para pengikutnya sangat kecil, terutama bagi mereka dari golongan rendah seperti keluarga Yasir.

Mendengar berita keislaman keluarga Yasir, orang-orang musyrikin, terutama Bani Makhzum, menjadi murka dan berang. Bila sahabat yang lain, seperti Abu Bakar, terlindungi oleh kaumnya karena kedudukannya, maka keluarga Yasir dan Sumayyah setelah Bani Makhzum melancarkan perangnya terhadap Islam, tak ada lagi yang dapat melindungi mereka dari hinaan dan seksaan kaum kafir Quraisy. Hanya Allah yang dapat melindungi mereka dari segalanya. Tidaklah seseorang dikatakan beriman kecuali setelah diuji dan diberi cubaan dalam agama dan kehidupan mereka. Jika mereka mampu bersabar maka mereka itulah orang-orang yang benar dan tulus keimanannya.

Itulah yang sekarang menimpa Sumayyah dan suaminya serta puteranya. Orang-orang Quraisy tanpa kasih sayang menheret mereka di jalan dan membawa mereka ke padang pasir di tengah terik matahari, dengan memakaikan baju besi kepada mereka untuk menambah penderitaan mereka. Setelah keringat mereka berhenti mengalir, tubuh mereka kering, dan darah mereka mulai bercucuran, mereka dipaksa untuk kembali murtad dari agama Islam dan dipaksa untuk menghina dan mencaci Rasulullah , dan memuji tuhan-tuhan mereka. Namun hati-hati yang telah mendapatkan ketenangan dan kedamaian dari petunjuk Allah itu tak bergeming sedikit pun, walau diseksa dan dibunuh sekalipun. Panasnya matahari tak lagi mereka takuti, mereka lebih takut akan seksa api neraka yang berlipat-lipat lebih panas dari panasnya matahari di dunia. Kejamnya para penyiksa tak juga mereka takuti, kerana mereka lebih takut kepada Allah yang maha pedih seksaaan dan berkuasa atas segala sesuatu. Makin tubuh mereka diseksa makin bertambah keimanan dan penyerahan diri mereka kepada Allah.

Rasulullah setiap kali melihat mereka, beliau berkata: “Bersabarlah wahai keluarga Yasir, sesungguhnya yang dijanjikan bagi kalian adalah syurga.” Ya.. syurga adalah sesuatu yang paling berharga. Sudah selayaknya sesuatu yang berharga dibayar mahal sesuai dengan nilainya, dan untuk mendapatkannya diperlukan kesabaran dan pengorbanan.

Tubuh Yasir yang sudah tak mampu bertahan di bawah penyiksaan, hingga akhirnya rohnya meninggalkan dunia yang fana ini menghadap Allah untuk mencari sesuatu yang kekal yang telah dijanjikan Allah

Keadaan Sumayyah juga sangat menyedihkan. Siksaan demi siksaan ia hadapi dengan penuh kesabaran. Tak sedikit pun terdetik dalam hatinya untuk menyerah dan kembali kepada agamanya yang dulu setelah cahaya Islam menerangi relung hatinya. Abu Jahal yang melihat kekerasan hati wanita itu mendekatinya dan mengeluarkan kata-kata kesat serta menghina Sumayyah sepuasnya. Namun Sumayyah dengan tegas menjawab dengan jawaban yang membuat Abu Jahal berang dan merah mukanya. Dengan hati sangat marah , ia mengambil tombak dan menusukkannya ke arah kemaluan Sumayyah sehingga tembus sampai ke punggungnya. Maka berakhirlah siksaan yang diderita Sumayyah. Ia wafat dengan penuh keredhaan dan dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Dengan itu, maka tercatatlah Sumayyah sebagai syahidah (wanita yang meninggal dalam keadaan syahid) pertama dalam Islam.



0 ulasan: